Pendidikan

Ronny, Mahasiswa FKM USU yang Panen Prestasi Nasional: Ketekunan, Tim Solid, dan Filosofi “Psyche Nikai”

Literasi
30
×

Ronny, Mahasiswa FKM USU yang Panen Prestasi Nasional: Ketekunan, Tim Solid, dan Filosofi “Psyche Nikai”

Sebarkan artikel ini
Ronny USU
suarausu.or.id

MEDAN, (LA) – Di tengah dinamika dunia perkuliahan yang penuh tantangan, muncul sosok mahasiswa berprestasi yang tak selalu tampil di garis depan, namun terus mengukir pencapaian luar biasa. Ia adalah Ronny, mahasiswa stambuk 2022 dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara (USU), yang telah mencatatkan hampir 20 prestasi ilmiah tingkat nasional dalam kurun satu tahun terakhir.

Konsistensi Prestasi yang Tak Main-Main

Dilansir dari laman suarausu.or.id, Dikenal aktif di berbagai kompetisi karya tulis ilmiah (KTI) dan esai, Ronny menjadi wajah baru mahasiswa berprestasi di USU. Prestasi teranyarnya adalah menjadi Juara 1 LKTI Olimpiade Nasional Teknologi Laboratorium Medis (ONTEL 4). Selain itu, ia telah dua kali berturut-turut meraih Beasiswa Prestasi USU pada 2024 dan 2025.

Berikut sebagian pencapaian akademik Ronny:

  • Juara 3 KTI Nasional Sociotopia 1.0 – Universitas Negeri Padang

  • Juara 2 KTI Nasional Analisis Cup 6.0 – Universitas NU Surabaya

  • Juara 1 LKTI Nasional Aksara – Universitas Muhammadiyah Malang

  • Juara Harapan I KTI Nasional – Universitas Mulawarman

  • Finalis berbagai KTI di ITB, UNDIP, UNJ, hingga Universitas Andalas

“Bagi saya, semangat untuk berkembang lebih penting daripada sekadar piala. Fokus pada proses akan mengantar kita ke hasil,” ujar Ronny, menyampaikan filosofi hidupnya: “Psyche Nikai”, semangat yang menang.

Menjemput Bola, Bukan Menunggu Peluang

Salah satu prinsip yang dipegang Ronny adalah proaktif menciptakan peluang, bukan pasif menunggu. Bahkan dalam satu bulan, ia pernah mengikuti delapan hingga sembilan kompetisi sekaligus, sebuah upaya yang menuntut manajemen waktu, koordinasi tim, dan fokus tingkat tinggi.

“Saya belajar bahwa tim yang hebat bukan yang paling pintar, tapi yang mau menurunkan ego dan menyatukan visi,” ungkapnya.

Baginya, memilih rekan lomba juga tidak bisa sembarangan. Ia memprioritaskan komitmen dan kesamaan visi, bukan sekadar popularitas. Sebab, menurutnya, tidak semua orang bisa diajak berkompetisi secara konsisten dan tuntas.

Tinggalkan Balasan