Berau, Kalimantan Timur (LA) – Proyek embung yang dibangun melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Asian Bulk Logistics (ABL) di Kampung Teluk Alulu, Kecamatan Maratua, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, menuai sorotan. Meski telah diresmikan sejak Desember 2024 dan digadang-gadang dapat mengatasi krisis air bersih, hingga kini air dari embung tersebut belum mengalir ke rumah warga.
Hasil penelusuran awak media menunjukkan bahwa meski embung berukuran 25×25 meter itu telah rampung dibangun, infrastruktur pendukung seperti soket distribusi air dan sistem perpipaan belum berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi embung pun terlihat kotor dan tidak terawat, sehingga menimbulkan tanda tanya di tengah masyarakat.
“Sayang sekali, embung sudah dibangun tapi tidak bisa kami manfaatkan,” ujar salah satu warga Teluk Alulu yang enggan disebutkan namanya.
Saat peresmian, proyek ini sempat mendapat apresiasi sebagai bentuk komitmen ABL dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Acara tersebut dihadiri oleh CHRO PT ABL, Hermawan, Camat Maratua Ariyanto, serta Kepala Kampung Teluk Alulu, Noraliansah. Embung wadah penampung air hujan tersebut dirancang untuk menyediakan akses air bersih bagi 232 kepala keluarga atau sekitar 788 jiwa.
Selama ini, masyarakat Teluk Alulu hanya mengandalkan air hujan yang ditampung dalam profil tangki di rumah masing-masing. Ketika musim kemarau tiba, mereka terpaksa membeli air bersih dari Kampung Teluk Harapan yang memiliki sumber air cukup, dengan harga antara Rp125.000 hingga Rp150.000 per 1.200 liter.