Opini

Hati-Hati Memilih Pemimpin yang ‘Merakyat’: Antara Citra dan Realita

275
×

Hati-Hati Memilih Pemimpin yang ‘Merakyat’: Antara Citra dan Realita

Sebarkan artikel ini

Berita Opini

Pemimpin Merakyat
Foto ilustrasi

Oleh: Rifky Rizal Zaman, S.H (Aktivis Muda Riau) 

Di tengah dinamika politik yang semakin kompleks, istilah “pemimpin merakyat” sering kali menjadi daya tarik utama bagi para kandidat yang ingin meraih simpati publik. Mereka yang tampil sederhana, dekat dengan rakyat, dan tampak peduli pada kebutuhan masyarakat seolah menjadi sosok ideal di mata pemilih. Namun, dalam memilih pemimpin yang benar-benar merakyat, kita harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam permainan citra dan janji manis belaka.

Setiap kali musim pemilihan tiba, kita kerap melihat para kandidat yang tiba-tiba tampil di pasar, mencicipi makanan di warung kaki lima, atau mengunjungi warga di pemukiman kumuh. Kegiatan-kegiatan ini disorot oleh media dan disebarluaskan di berbagai platform, menciptakan kesan bahwa sang kandidat benar-benar memahami dan peduli terhadap kehidupan rakyat jelata. Namun, apakah semua ini mencerminkan kesungguhan mereka dalam membela kepentingan rakyat? Seringkali, tindakan-tindakan ini hanya sebatas pencitraan yang dilakukan demi meraih suara.

Tidak dapat dipungkiri bahwa politik adalah panggung besar di mana citra sering kali menjadi senjata utama. Mungkin saja ada oknum kandidat yang sengaja merancang strategi agar tampak dekat dengan rakyat, meskipun dalam kenyataannya, mereka hanya menghampiri rakyat ketika butuh dukungan suara. Namun, rekam jejak dan integritas seorang pemimpin sejati jauh lebih penting daripada sekadar aksi populis yang hanya indah di permukaan.

Pakar kepemimpinan John C. Maxwell pernah menyatakan, “Seorang pemimpin yang baik harus melayani, bukan dilayani.” Pernyataan ini sangat relevan untuk diingat saat memilih pemimpin. Pemimpin sejati bukan hanya tentang tampil merakyat di depan kamera, tetapi juga tentang kemampuan mereka untuk mendahulukan kepentingan rakyat di atas ambisi pribadi. Sayangnya, tidak sedikit dari kita yang tertipu oleh penampilan luar, padahal setelah terpilih, banyak dari mereka yang justru lebih sibuk membangun kekuatan politik pribadi daripada membela kepentingan rakyat.

Berhati-hatilah terhadap pemimpin yang mendekat hanya ketika pemilu tiba, namun menghilang saat kita membutuhkan. Kita tidak boleh terjebak dalam pesona sesaat atau janji-janji yang terlalu manis untuk dipercaya. Pemimpin sejati bukan hanya tampil merakyat, tetapi juga bertindak nyata untuk kepentingan rakyat, dengan keberanian dan kejujuran yang terbukti dalam setiap kebijakan yang diambil.

Memilih pemimpin bukan hanya soal siapa yang bisa membuat kita merasa terwakili, tetapi juga siapa yang benar-benar mampu mewujudkan harapan-harapan kita. Pemimpin sejati bukan hanya tampil merakyat, tetapi juga konsisten dalam menegakkan keadilan dan memperjuangkan kepentingan rakyat. Kita membutuhkan pemimpin yang tidak hanya berpihak pada rakyat saat pemilu, tetapi juga dalam setiap tindakan dan keputusan yang mereka ambil setelahnya.

Akhirnya, sebagai pemilih, kita harus lebih kritis dan bijak dalam menentukan pilihan. Jangan biarkan diri kita terjebak oleh citra yang dibentuk dengan cermat, tetapi carilah mereka yang benar-benar mengutamakan kepentingan kita, bukan hanya kepentingan pribadi atau kelompoknya. Pemimpin yang baik bukanlah mereka yang terlihat merakyat di depan kamera, melainkan mereka yang benar-benar hadir untuk rakyat di saat senang maupun susah, dan konsisten dalam menegakkan keadilan serta kebenaran.

Tinggalkan Balasan