Pekanbaru, (LA) – Sejak awal abad ke-20, para ilmuwan telah mencoba memahami fenomena amnesia infantil, yaitu ketidakmampuan manusia untuk mengingat pengalaman awal masa (kecil) kanak-kanak. Sigmund Freud pertama kali mengidentifikasi fenomena ini pada 1905, namun hingga kini, para peneliti masih berusaha mengungkap misteri di baliknya.
Menurut Prof. Qi Wang dari Universitas Cornell, kebanyakan orang dewasa tidak memiliki ingatan sebelum usia dua hingga tiga tahun. Beberapa dekade lalu, banyak yang mengira otak bayi belum cukup matang untuk menyimpan memori jangka panjang. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak-anak berusia dua tahun sebenarnya dapat mengingat peristiwa yang terjadi beberapa bulan sebelumnya.
Peran Otak dan Pengaruh Trauma
Penelitian terbaru oleh Cristina Alberini dari Universitas New York mengungkap bahwa meskipun ingatan masa kecil tidak dapat diakses secara sadar, informasi tersebut tetap tersimpan di otak. Ia menemukan bahwa hippocampus, bagian otak yang berperan dalam pembentukan memori, masih berkembang selama periode awal kehidupan.
Menariknya, pengalaman masa kecil yang penuh trauma dapat membentuk otak seseorang secara permanen, bahkan jika ingatan spesifiknya hilang. Anak-anak yang mengalami kejadian sulit di masa kecil mungkin tidak mengingat detailnya, tetapi pengalaman tersebut tetap membentuk cara mereka berpikir dan bertindak di masa depan.
baca juga Presiden Prabowo: Peran Ibu-Ibu Kunci Masa Depan Bangsa
Budaya Berpengaruh pada Ingatan Awal
Penelitian juga menemukan bahwa budaya memainkan peran penting dalam kapan seseorang mulai mengingat pengalaman masa kecilnya. Prof. Elaine Reese dari Universitas Otago menunjukkan bahwa anak-anak suku Maori di Selandia Baru umumnya mengingat pengalaman pertama mereka lebih awal dibandingkan dengan anak-anak dari budaya Eropa atau Asia.
Hal ini dikaitkan dengan tradisi lisan yang kaya serta cara orang tua Maori berbicara dengan anak-anak mereka tentang masa lalu. Anak-anak yang sering diajak berbicara tentang pengalaman mereka cenderung memiliki ingatan pertama yang lebih detail dan bertahan lebih lama.
Sebaliknya, anak-anak dari budaya Asia, seperti di Tiongkok, cenderung memiliki ingatan pertama yang muncul lebih lambat dibandingkan anak-anak Amerika. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara membangun identitas diri—budaya Barat lebih menekankan individualisme, sementara budaya Timur lebih menekankan kolektivitas.
Bisakah Ingatan Masa Kecil Dipulihkan?
Penelitian menunjukkan bahwa ingatan tidak tersimpan seperti file di komputer, melainkan sebagai jaringan neuron yang dapat berubah setiap kali kita mengaksesnya. Ini berarti bahwa kenangan masa kecil sebenarnya bisa “dibentuk ulang” oleh cerita keluarga atau foto-foto lama.
Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa banyak ingatan awal yang kita yakini sebagai pengalaman nyata sebenarnya mungkin hanyalah gabungan dari cerita yang sering didengar atau foto yang kita lihat. Dalam sebuah survei tahun 2018, sekitar 39% orang melaporkan ingatan pertama mereka terjadi sebelum usia dua tahun—namun para peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar ingatan ini kemungkinan besar tidak akurat atau bahkan fiktif.
Apakah Masa Kecil Kita Benar-Benar Hilang?
Meskipun kita tidak bisa mengingat ulang tahun pertama atau langkah pertama kita, para ilmuwan percaya bahwa pengalaman tersebut tetap tersimpan di dalam otak kita dan membentuk kepribadian serta pola pikir kita di masa dewasa. Ingatan masa kecil mungkin tidak selalu dapat diakses secara sadar, tetapi tetap memainkan peran penting dalam membentuk siapa diri kita hari ini. (The Guardian/Z-3)