Berita

Universitas Gadjah Mada Anugerahkan Penghargaan HB IX Dan Anugerah UGM Kepada Tokoh Inspiratif

Literasi
51
×

Universitas Gadjah Mada Anugerahkan Penghargaan HB IX Dan Anugerah UGM Kepada Tokoh Inspiratif

Sebarkan artikel ini
Universitas Gadjah Mada

YOGYAKARTA, (LA) – Universitas Gadjah Mada memberikan penghargaan Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX dan Anugerah Universitas Gadjah Mada kepada tokoh-tokoh yang telah memberikan kontribusi pada bidang pendidikan, kemanusiaan, memperkuat keragaman dan perdamaian. Pemberian anugerah berupa medali dan piagam oleh Rektor UGM ini dilaksanakan pada puncak perayaan Dies Natalis UGM ke-75 yang berlangsung di Grha Sabha Pramana, kamis (19/12). Untuk penerima anugerah HB IX diberikan kepada Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir atas dedikasinya pada kemajuan pendidikan, sosial, politik dan kemanusiaan.

Sedangkan empat orang penerima Anugerah UGM, yakni psikolog dan aktivis sosial Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, M.sc., sebagai tokoh moderasi keberagaman dan perdamaian, Peneliti Patologi dan Farmakologi penyakit kanker Dr. apt. Susanti. Selanjutnya akademisi Prof. Dr. Saeful Deni., dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara yang dianggap berhasil melakukan pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan di Maluku Utara dan Prof Nyoman Kertia selaku peneliti obat-obatan herbal dan kebudayaan.

Dalam jumpa pers dengan wartawan, Haedar menyatakan apresiasinya pada UGM atas penghargaan yang diberikan kepadanya. Bagi Haedar, UGM hingga saat ini masih berkomitmen untuk terus berpijak pada kebenaran sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. “Ada 5 nilai dan orientasi yang selalu tertanam satu tentang nilai kebenaran berbasis ilmu dan terkoneksi dengan Pancasila, agama dan kebudayaan seluruh bangsa. Dosen-dosen kami di sini itu begitu keras itu agar kita menjadi ilmuwan yang berpijak pada kebenaran dimanapun berada,”  papar Haedar yang dilansir dari laman ugm.ac.id.

Menambahkan lebih lanjut, Haedar turut menyetujui bahwa salah satu identitas dari UGM merupakan sebagai sebuah kampus kerakyatan, dan karenanya memiliki kewajiban untuk terus mencintai rakyat dengan kerja-kerja praksis seperti salah satu contohnya KKN. “Kampus ini kan dulu dikenal sebagai kampus rakyat menerjemahkannya itu seperti tadi mencintai rakyat dengan kerja-kerja praksis keilmuan lewat KKN dan peran-peran para alumni dan institusi. Terang Nashir.

Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau akrab disapa Alissa Wahid turut menyampaikan apresiasi bahwa Universitas Gadjah Mada pada masa kini memiliki komitmen yang besar terhadap rakyat dalam mengawal kepemimpinan bangsa, dan juga dalam mendekatkan ilmu kepada rakyat dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. “Bahwa UGM ini punya komitmen pada bangsa dan rakyat yang sangat besar. Berulang kali Prof. Ova menyebutkan bahwa siap untuk mengawal kepemimpinan bangsa, tetapi mengawalnya itu dalam konteks kepentingan bangsa dan rakyat. Bukan pada kemajuan dan keilmuan semata, tapi bagaimana ilmu tersebut memang didekatkan pada kondisi rakyat sesuai cita-cita bangsa” ungkap Alissa

Universitas Gadjah Mada

Tinggalkan Balasan