“Mempura akan bangkit dan kembali berjaya seperti di masa Tengku Buwang Asmara,” kata Alfedri.
Alfedri memang sejak lama memiliki keinginan Siak sebagai ‘Kota Kembar’ yang nantinya pembangunan merata dari sisi Istana Siak di Kota Siak dan seberangnya Kecamatan Mempura yang memiliki Skywalk.
“Mudah-mudahan Mempura makin bangkit, supaya menjadi kota kembar dengan Kota Siak. Kalau di Mempura ada makam datuk-datuk penasihat Sultan Siak dan Tangsi Belanda sebagai kawasan cagar budaya tingkat nasional, sedangkan di Kota Siak ada Istana Siak sebagai kawasan kesultanan,” jelas Alfedri.
Tak sembarangan, pembangunan skywalk terlebih dahulu diuji Kemendikbudristek agar tidak menghilangkan makna sejarah di lokasinya. Bahkan, sebelum dibangun, Pemkab Siak mengundang pihak kementerian agar melakukan berbagai uji dan asesmen.
“Tentunya skywalk ini sudah dikaji agar tidak mengganggu cagar budaya melalui asesmen. Tidak ada makam dan peninggalan-peninggalan sejarah yang terganggu. Bisa kita lihat tiangnya, ada di air semua,” kata Alfedri.
Sementara itu, Kepala Dinas PU Siak, Irving Kahar Arifin mengakui tak mudah membangun skywalk berskala internasional itu. Dia memiliki banyak referensi dan memutar otak agar skywalk di Siak lebih cantik dari yang dimiliki daerah lain, bahkan negara lain.
Perencanaan yang matang disiapkan di proyek tersebut agar bisa membangkitkam gairah wisata, khususnya wisata sejarah. Salah satunya adalah destinasi wisata untuk membangkitkan nilai sejarah yang ada di Mempura.
“Skywalk ini sesuai visi-misi Bupati Siak, kita harapkan Siak punya Kota Kembar di Mempura dan destinasi wisata. Kenapa kita buat, karena banyak peninggalan dan bangunan cagar budaya khususnya dari kerajaan Sultan Siak di tepi-tepi sungai ini,” jelas Irving.