Salah satu busana kebesaran Siak yaitu Baju kurung leher cekak musang yang digunakan oleh raja ketika berada di dalam Istana Siak. Baju kurung cekak musang dipengaruhi oleh pakaian gamis yang biasa dikenakan oleh masyarakat di Timur Tengah. Busana gamis biasanya panjang, disingkat ke bagian bawah bokong dan disesuaikan dengan bentuk pakaian Melayu teluk belanga. Bentuk pakaian ini mirip dengan pakaian telung belanga, tetapi bagian dari lehernya tegak dan belajan di depan di tutup oleh tiga, lima, tujuh, atau Sembilan anak kancing. Ada kecenderungan untuk menganggap pakaian cekak musang lebih resmi dibandingkan dengan Teluk Belanga. Pakaian cekak musang berhubungan langsung dengan pola lingkaran baju, tengkuk ‘cekak’.
Cekak musang melambangkan imej alami untuk leher baju yang bercekak tinggi berdiri (2.5cm) melingkari leher. Ukuran ditentukan oleh lingkaran (bulat) yang dibuat dengan ibu jari lain yang bertemu ujungnya. Bentuk pakaian ini hampir sama dengan pakaian teluk belanga hanya saja lehernya berkerah dan tidak berkancing, serta leher baju ke bawah yang ukurannya 5 cm. Pakaian ini memiliki 3 buah kantong, 1 buah di dada sebelah kiri dan 2 di bagian bawah. Setelan pakaian cekak musang yang dikenakan oleh raja adalah celana panjang sampai dengan pergelangan kaki, selempang, songket, dan tanjak.
Pakaian atau busana kebesaran yang mendapatkan pengaruh Islam memberikan pandangan serta falsafah hidup orang Melayu Riau. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa busana kebesaran memiliki pengaruh estetik baik dari segi warna ataupun motif yang terdapat di busana kebesaran tersebut. Salah satu contoh warna yang mendominasi busana kebesaran adalah warna kuning keemasan. Warna kuning keemasan melambangkan kekuasaan kerajaan. Artikel lain ada yang mengatakan bahwa warna kuning keemasan “warna kuning keemasan melambangkan kebesaran dan kewibawaan dan kemegahan serta kekuasaan Warna kuning keemasan pada zaman kerajaan Siak, Kerajaan Riau Lingga, Kerajaan Indragiri dan Kerajaan Pelalawan adalah warna larangan dan tabu bagi masyarakat biasa jika memakainya. Yang memakai warna kuning keemasan adalah Sultan atau Raja suatu negeri dari kerajaan Melayu. Permaisuri Kerajaan atau istri Sultan memakai kuning keemasan pada upacara-upacara kerajaan.”. Warna kuning keemasan adalah warna yang sering digunakan oleh Permaisuri Kerajaan atau istri Sultan, sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa dalam penggunaan warna saja melambangkan bagaimana status sosial si pemakai disekitaran Istana Siak tersebut.