Ia menambahkan, penampakan langka seperti ini dapat menjadi pembelajaran langsung bagi wisatawan dan pemandu lokal, bahwa konservasi dan pariwisata bisa berjalan seiring selama ada kesadaran, edukasi, dan rasa tanggung jawab.
“Kami ingin agar setiap tamu yang datang tak hanya menikmati pemandangan laut yang indah, tetapi juga pulang dengan pengetahuan dan rasa cinta terhadap laut. Bagi kami, ini bukan sekadar pekerjaan, tetapi panggilan untuk menjaga dan memperkenalkan warisan bawah laut Maratua kepada dunia,” tegas Yovi.
Dive spot Second Channel selama ini telah dikenal sebagai destinasi selam kelas dunia, namun kemunculan Guitar Shark Ray membuatnya makin istimewa layaknya permata tersembunyi bagi para penyelam profesional yang mencari petualangan otentik dan edukatif.
Pihak Green Nirvana Resort menyatakan bahwa dokumentasi penampakan ini telah menarik perhatian komunitas selam internasional. Banyak yang mulai memasukkan Maratua ke dalam daftar destinasi wajib mereka untuk tahun ini.
“Kami bangga bisa memperlihatkan bahwa Maratua bukan hanya tentang pasir putih dan laguna, tetapi juga tentang surga bawah laut yang penuh misteri dan keajaiban, yang tak kalah dari Raja Ampat atau Bunaken,” tutup Ivandrian.
Dengan kemunculan Guitar Shark Ray ini, Maratua kian menegaskan posisinya sebagai ikon wisata bahari Indonesia Timur, yang menyimpan kekayaan laut luar biasa dan sudah sepantasnya dijaga secara bersama-sama.
Editor: Teguh S