Gotong Royong dan Nilai Sakral
Setiap jalur dibangun secara swadaya oleh masyarakat, dengan biaya mencapai Rp100 juta per unit. Pembuatan jalur diiringi ritual adat, mulai dari pemilihan kayu, penarikan perahu dari hutan, hingga prosesi spiritual oleh pawang atau dukun.
“Pacu Jalur bukan sekadar olahraga. Ini adalah seni, sejarah, dan olah batin dalam satu tarikan mendayung,” kata Haji Roni.
Dari Tradisi Lokal ke Panggung Global
Viralnya Pacu Jalur di media sosial membuat tradisi ini menjadi fenomena global. Warganet luar negeri mengunggah meme dan video parodi pendayung cilik, menjadikan Pacu Jalur sebagai simbol coolness baru yang lahir dari desa.
Tren ini menumbuhkan rasa bangga dan kesadaran baru di kalangan masyarakat akan pentingnya menjaga warisan budaya. Bahkan pada 2022, ilustrasi Pacu Jalur karya Wastana Haikal dipilih sebagai Google Doodle untuk Hari Kemerdekaan Indonesia.
Dukungan Pemerintah dan Hadiah Fantastis
Pacu Jalur juga menjadi agenda unggulan Kharisma Event Nusantara Kemenparekraf. Tahun 2024 lalu, festival ini berlangsung 21–25 Agustus, melibatkan 225 jalur dari berbagai daerah.
Pemerintah Provinsi Riau menggelontorkan Rp575 juta untuk hadiah juara. Pemenang pertama mendapat Rp70 juta, disusul juara dua Rp60 juta, dan juara tiga Rp50 juta. Sementara juara 7 hingga 15 masing-masing mendapat Rp10 juta.
Menjaga Tradisi, Menjemput Dunia
Kini, Pacu Jalur tidak hanya ditunggu sebagai pesta rakyat lokal, tapi juga dinanti netizen global. Dengan dukungan digital dan semangat muda, tradisi yang lahir dari jeram Sungai Batang Kuantan ini mengalir deras menuju panggung internasional.