Secara geografis, Teluk Alulu merupakan wilayah kepulauan yang rumah-rumah penduduknya berada di tepi pantai, sehingga daratannya hanya menghasilkan air asin yang tidak bisa dikonsumsi. Selama ini, warga hanya mengandalkan air hujan yang ditampung dalam profil tangki di rumah masing-masing.
Kondisi menjadi lebih sulit saat musim kemarau tiba. Warga terpaksa membeli air bersih dari Kampung Teluk Harapan, ibu kota Kecamatan Maratua yang memiliki sumur berair tawar. Namun, harga air di sana cukup mahal, berkisar antara Rp125.000 hingga Rp150.000 per 1.200 liter.
Oleh karena itu, warga sangat berharap embung yang telah dibangun ini bisa segera difungsikan dan menjadi solusi jangka panjang atas persoalan air bersih, terutama saat musim kemarau.
“Kami berharap embung ini dapat difungsikan sesuai manfaatnya, agar tidak sia-sia,” tandas warga.
Sebagai informasi, proyek embung ini merupakan bagian dari tanggung jawab sosial PT ABL terhadap masyarakat sekitar wilayah operasionalnya. ABL adalah perusahaan penyedia solusi logistik dan infrastruktur laut terintegrasi yang berdiri sejak 2010, melayani sektor pertambangan dan komoditas melalui layanan transshipment, barging, hingga bongkar muat.
Namun, kondisi embung yang kotor dan belum berfungsi optimal menimbulkan kesan bahwa proyek CSR ini belum mencapai tujuannya. Warga pun mendesak adanya evaluasi menyeluruh serta tindak lanjut dari pihak kontraktor maupun pemerintah daerah.
Hingga berita ini diterbitkan, berbagai pihak seperti kontraktor,camat dan kepala kampung teluk alulu belum memberikan klarifikasi.














