Dibangun dengan kapasitas tampung hingga 2.812 meter kubik, embung ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang bagi kebutuhan air bersih masyarakat, khususnya saat kemarau. Proyek tersebut merupakan bagian dari upaya ABL dalam merespons kebutuhan lingkungan dan sosial di sekitar wilayah operasionalnya.
Sebagai perusahaan penyedia solusi logistik dan infrastruktur laut terintegrasi yang berdiri sejak 2010, ABL telah melayani berbagai sektor industri pertambangan dan komoditas melalui layanan transshipment, barging, hingga bongkar muat.
Namun, kondisi embung yang hingga kini belum berfungsi maksimal menimbulkan kesan bahwa proyek CSR ini belum mencapai tujuannya. Warga berharap ada evaluasi menyeluruh dan tindak lanjut dari pihak perusahaan.
“Kami berharap agar pimpinan PT ABL, selaku pengambil kebijakan dari proyek embung ini, dapat mempertimbangkan kembali bersama pemerintah dan pihak kontraktor. Embung tersebut hingga kini belum berfungsi, kotor, dan tidak terawat,” kata seorang warga kepada media ini.
Hingga berita ini diterbitkan, awak media masih terus berupaya melakukan konfirmasi dan klarifikasi kepada pihak manajemen PT ABL terkait kelanjutan proyek. Sementara itu, masyarakat berharap agar fasilitas embung dapat segera difungsikan demi mencegah terjadinya krisis air di Teluk Alulu.
(Teguh S.H)