Nasional

NAPAK TILAS HARI PAHLAWAN NASIONAL : JEJAK PERLAWANAN RAJA MUDA DATU ALAM DARI BULUNGAN

Avatar
57
×

NAPAK TILAS HARI PAHLAWAN NASIONAL : JEJAK PERLAWANAN RAJA MUDA DATU ALAM DARI BULUNGAN

Sebarkan artikel ini

NAPAK TILAS HARI PAHLAWAN NASIONAL : JEJAK PERLAWANAN RAJA MUDA DATU ALAM DARI BULUNGAN

Oleh Joko Supriyadi (Ketua Yayasan Sejarah dan Budaya Kaltara)

Hari Pahlawan Nasional bukan sekadar momentum mengenang jasa para pejuang yang gugur di medan laga, tetapi juga panggilan moral untuk menelusuri kembali kisah-kisah heroik yang nyaris terlupakan di sudut-sudut Nusantara. Salah satu di antaranya adalah perlawanan Raja Muda Datu Alam dari Bulungan, tokoh yang dengan gagah berani menentang dominasi kolonial Belanda di tanah Kalimantan Utara.

Pagi hari 8 November 1892 menjadi saksi keberanian itu. Raja Muda Datu Alam bersama pasukannya mendatangi markas Belanda di Tanjung Selor, menegur keras tindakan semena-mena mereka terhadap rakyat Bulungan. Dengan mendau terhunus, ia mengecam keras perlakuan kasar tentara kolonial yang memukul warga dan merampas martabat bangsanya. Meski akhirnya Belanda berpura-pura meminta maaf, insiden itu menjadi alasan bagi mereka untuk menangkap sang Raja Muda beberapa minggu kemudian.

Raja Muda Datu Alam bersama para pengikutnya disergap secara tiba-tiba oleh pasukan Belanda bersenjata lengkap di Tanjung Palas. Pertempuran singkat tak terhindarkan, namun mereka kalah dalam hal persenjataan. Raja Muda akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banjarmasin. Tidak berhenti di situ, pada Oktober 1893 Belanda mengasingkannya ke Banyumas, Jawa Tengah, agar pengaruhnya terhadap rakyat Bulungan benar-benar terputus.

Motif utama Belanda sesungguhnya bukan sekadar menumpas pemberontakan, melainkan mengamankan kepentingan ekonomi mereka. Setelah penangkapan Raja Muda, pada Juni 1893 Belanda berhasil memaksa Sultan Bulungan menandatangani perjanjian yang memberikan mereka hak eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di wilayah Kesultanan Bulungan. Inilah awal mula dominasi kolonial atas kekayaan alam Kalimantan Utara yang berlanjut hingga dekade berikutnya.

Tinggalkan Balasan