Jakarta, (LA) — Pemerintah terus mematangkan langkah dalam membuka peluang kerja hijau seiring transisi menuju energi terbarukan. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menyebut terdapat empat tantangan utama yang harus dihadapi Indonesia untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan berbasis ekonomi hijau.
Hal itu disampaikan Menaker saat menjadi pembicara dalam Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025, di Jakarta International Conventions Center (JICC), Sabtu (11/10/2025).
“Ada empat tantangan membangun pekerjaan hijau. Saat ini masih terjadi ketidaksesuaian antara kebutuhan industri dan kurikulum pelatihan. Terutama dalam hal sertifikasi dan kompetensi kerja hijau,” ujar Yassierli.
1. Kesenjangan Kompetensi dan Sertifikasi Hijau
Tantangan pertama, menurut Yassierli, terletak pada kesiapan sumber daya manusia (SDM). Ia menyoroti masih terbatasnya pelatihan dan sertifikasi berbasis SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang relevan dengan sektor pekerjaan hijau.
“Kita perlu memastikan pelatihan dan pembekalan tenaga kerja berstandar nasional agar siap menghadapi transformasi hijau,” katanya.
2. Ketimpangan Lokasi Pendidikan dan Sumber Energi
Yassierli juga menyoroti tantangan kedua, yakni ketidakseimbangan antara lokasi sumber energi terbarukan dan pusat pendidikan. Mayoritas lembaga pelatihan dan pendidikan masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, sementara potensi energi hijau justru banyak berada di luar Jawa.
“Kita perlu menyinergikan lokasi pendidikan dengan potensi sumber daya agar pelatihan lebih strategis dan berdampak nyata,” jelasnya.
3. Adaptasi Infrastruktur dan Teknologi Hijau
Tantangan ketiga berkaitan dengan transformasi infrastruktur pelatihan dan kesiapan tenaga pengajar dalam menghadapi perubahan teknologi hijau. Yassierli menegaskan bahwa fasilitas dan metode pelatihan perlu diperbarui agar selaras dengan kebutuhan industri baru.
“Para pengajar perlu mendapatkan pengalaman langsung dari industri dan paparan terhadap teknologi hijau. Ini menjadi hal baru yang harus diadaptasi,” ujarnya.
4. Pembangunan Industri Hijau Berkelanjutan
Sementara tantangan keempat adalah membangun ekosistem industri hijau yang berkelanjutan. Yassierli menilai, langkah ini bukan hanya membuka lapangan kerja baru, tetapi juga meningkatkan produktivitas energi terbarukan di Indonesia.
“Pekerjaan hijau harus menjadi bagian dari inisiatif produktivitas industri. Sayangnya, saat ini permintaan terhadap tenaga kerja hijau masih belum signifikan,” ungkapnya.
Transisi Energi: Dari Tantangan Menjadi Peluang
Menaker Yassierli menegaskan bahwa transisi energi terbarukan bukan ancaman, melainkan peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah, kata dia, telah menyiapkan berbagai skema untuk menghadapi perubahan tersebut, termasuk pemetaan ribuan peluang kerja baru.
“Kita melihat transisi energi bukan sebagai ancaman, tapi sebagai peluang besar. Sudah ada hampir 2.000 jenis pekerjaan hijau yang berhasil diidentifikasi,” pungkasnya.
Langkah Nyata Menuju Ekonomi Hijau
Dengan empat tantangan yang diidentifikasi tersebut, Kementerian Ketenagakerjaan menargetkan kolaborasi lintas sektor—antara pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan—untuk memperkuat kesiapan SDM menghadapi perubahan global menuju ekonomi hijau dan rendah karbon.