Kaltara (LA) — Sebuah buku sejarah yang berani dan menggugah akhirnya resmi dirilis untuk publik. Berjudul “MENGGUGAT SUBVERSIF BULTIKEN 1964”, karya Joko Supriyadi, S.T., M.T., ini mengupas peristiwa kelam yang nyaris terlupakan dalam sejarah Indonesia: tragedi Bultiken, pembantaian terhadap puluhan tokoh masyarakat Bulungan pada tahun 1964.
Buku setebal 285 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit KBM Indonesia dengan ISBN 978-623-499-501-5, hadir dalam format soft cover berukuran 14 x 21 cm, dan kini sudah open order dengan harga Rp150 ribu (belum termasuk ongkir).
Dalam sinopsisnya, Joko Supriyadi menjelaskan bahwa Bultiken merupakan peristiwa tragis yang terjadi di tengah panasnya konfrontasi Indonesia–Malaysia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Kala itu, sejumlah tokoh masyarakat di Bulungan dituduh hendak memisahkan diri dan bergabung dengan Malaysia, sehingga berujung pada penangkapan dan pembunuhan massal.
“Situasi saat itu sangat tegang, karena wilayah Bulungan berbatasan langsung dengan Sabah yang menjadi wilayah perang. Konfrontasi dengan Malaysia adalah cerminan dari perang dingin antara Blok Komunis dan Blok Kapitalis di Asia Tenggara,” tulis Joko dalam pengantarnya.
Lebih dari sekadar mengisahkan tragedi politik, buku ini juga menghadirkan konteks sosial dan budaya masyarakat Kalimantan Utara.
Penulis menyajikan sejarah hubungan antar suku, terutama antara Tidung dan Bulungan, serta menambahkan semangat advokasi dan petualangan pribadi, termasuk pengalaman membentuk Forum DAS, mendirikan Yayasan Sejarah dan Budaya, hingga perjalanan unik ke Vietnam tanpa menggunakan pesawat.