Bupati Asmar juga menyoroti bahwa abrasi merupakan ancaman serius bagi Kabupaten Kepulauan Meranti. Hampir seluruh wilayah pesisir, terutama yang menghadap langsung ke Selat Malaka, rentan terhadap terjangan ombak besar yang menyebabkan daratan terkikis dan hilang ke laut. Salah satu contohnya adalah kawasan pantai di Desa Mekong.
“Kegiatan penanaman mangrove ini menjadi langkah penting untuk melindungi garis pantai dari dampak air pasang besar, erosi, serta potensi rob yang kian meningkat. Mangrove adalah benteng alami yang sangat efektif dalam menahan laju abrasi dan menjaga kestabilan ekosistem pesisir,” jelasnya.
Lebih lanjut, Asmar berharap kegiatan ini tidak berhenti pada seremoni semata, namun menjadi awal dari gerakan kolektif untuk menjaga kelestarian alam sebagai tanggung jawab bersama. “Saya mengajak masyarakat Desa Mekong khususnya, untuk merawat dan menjaga tanaman mangrove ini agar tumbuh subur, kuat, dan memberikan manfaat bagi generasi mendatang,” pungkasnya.
Senada dengan itu, Kapolres AKBP Aldi Alfa Faroqi menekankan bahwa kehadiran berbagai elemen masyarakat dalam kegiatan ini menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan. “Mangrove adalah perisai alam kita. Kabupaten Kepulauan Meranti berhadapan langsung dengan Selat Malaka, sehingga rawan abrasi. Hari ini kita tidak hanya menanam pohon saja, tetapi juga menanam kesadaran mencintai lingkungan,” ujarnya.
Kepala Desa Mekong, Lisya Kumala, menambahkan bahwa abrasi di wilayahnya terus mengancam eksistensi daratan. Hingga kini, sekitar 1.400 meter daratan telah terkikis abrasi, dengan tingkat kerusakan 10 hingga 15 meter setiap tahun. “Jika tidak diatasi, dalam 30 tahun ke depan, Desa Mekong bisa tinggal nama saja. Kami berharap kegiatan ini menjadi awal pemulihan kawasan pesisir kami,” harapnya.