Paul Karl Feyerabend menjadi materi syarahan utama Prof. Yusmar Yusuf dengan suntingan frasa kelam malam beludru. “Pikiran-pikiran Germania (osterreicht) yang formal dan kaku dingin. Namun, setelah pembakuan ‘bid’ah’ pemikiran tentang anarkhi ilmu pengetahuan, dia semacam dikucilkan. Prof. Yusmar Yusuf juga menambahkan Sains tak lebih satu dari sekian bentuk pengucapan (bahasa) selain agama untuk berdepan dengan dunia.
Di tengah malam [abend] beludru itulah, arkian pemikiran-pemikiran Feyerabend meluncur bak: ‘il viendra tout droit, du coeur des etoles.. [dia turun dari jantung bintang-bintang] abad 20. Menolak kerajaan banalitas sains yang mendaku-daku sebagai raja kebenaran, bukan medecine positivisme barat modern yang maksa. Tapi ideologi dibelakang sains itu yang jadi persoalan. Biar saja orang berobat lewat jamu herbal, yoga, tai chi, chi qong, herba. Kenapa arsitektural yang geometrikal lebih unggul dan jadi penasehat kebenaran atas feng shui, sains itu bawannya a-historis bagi peradaban manusia. Everything goes
Pemikiran filsafat semakin meluas dan berkecambah hingga kini, Feyerabend membentuk virus masa depan dan menjangkit Ibam dalam pemaparannya , sekaligus bertindak selaku vaksin untuk mengobat demam FISIP yang limbung diterjang virus dalam, vaksin yang diambil produk sendiri bukan produk asing. Di Universitas pengajar filsafat ditingkat S3, karena tidak berkemampuan akhirnya terkesan mengajar agama, bukan pula sejenis teologi yang tak jelas jantina dan jenama. Nama Feyerabend seperti dihapus dalam pencarian google ketika diketik, algoritmanya menolak, tak keluar Hyperlink Feyerabend , maknanya; begitu benci barat modern melihat Feyerabend yang “murtad” itu. Sebab Google adalah anak kandung sains modern barat itu sendiri, tambah Prof. Yusmar Yusuf.