Bahkan pimpinan Pusat Kebudayaan yang akan dibentuk itu akan diserahkan kepada tokoh-tokoh pusat kesenian. Pada hakekatnya pendekatan tersebut hanya merupakan bujuk halus agar Pusat kesenian luluh ke dalam Pusat Kebudayaan, sehingga semua kegiatan kesenian berada di bawah pemerintahan balatentara Jepang khususnya Sindenbu. Akhirnya berdirilah Pusat Kebudayaan yang dicita-citakan Pemerintah Jepang tersebut dengan nama Keimin Bunka Shidosho pada tanggal 1 April 1943, berkantor di Jalan Noordwijk ( sekarang Jalan Ir. H. Juanda), tetapi baru diresmikan tanggal 29 April 1943 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Tennoo Heika.
Adapun maksud dan tujuan Pusat Kebudayaan itu adalah sebagai berikut:
a. Untuk menyesuaikan kebudayaan dengan cita-cita Asia Timur Raya
b. Bekerja dan melatih ahli-ahli kebudayaan bangsa Nippon clan Indonesia bersama-sama
c. Memajukan kebudayaan Indonesia.
Pusat Kebudayaan mempunyai beberapa bagian yaitu
1. Bagian Kesusasteraan
2. Bagian Lukisan
3. Bagian Musik
4. Bagian Film
5. Bagian Sandiwara dan Tari menari
Kemudian susunan pengurus yang disyahkan Gunseikanbu sebagai penasehat kehormatan. Dalam Pusat Kebudayaan inilah kemudian dilatih seniman-seniman, pelukis-pelukis, sastrawan-sastrawan, penyanyi-penyanyi, pengarang lagu, pemain sandiwara, dan ahli pahat untuk mengabdikan seni mereka pada dewa peperangan. Mereka diperalat untuk kepentingan perang Jepang. Mereka diarahkan pada semboyan “Kemakmuran Bersama”. “Asia untuk Bangsa Asia”, dan disuruh membuat sajak-sajak seperti Kapas, Kepabrik, Ke Laut, dan sebagainya. Pada Bagian Kesusasteraan, sastrawansastrawan muda kemudian membentuk Angkatan Baru dan akan mengadakan pertemuan setiap bulan sekali untuk mengadakan diskusi, ceramah, dan lain-lain. Di sinilah mulai dikenal seorang sastrawan muda bernama Chairil Anwar yang sangat berani mengeluarkan pendapatnya. la tidak mau berpura-pura menjadi corong propaganda Jepang. la tidak senang terhadap usaha Pemerintah Jepang yang mengalihkan semangat kebudayaan bangsa Indonesia dan menjadikannya suatu potensi perang untuk memenangkan kepentingannya.