TNI/POLRI

Bali Jadi Pusat Diplomasi Maritim: 36 Kapal Perang Dunia Hadir dalam MNEK 2025

Literasi
32
×

Bali Jadi Pusat Diplomasi Maritim: 36 Kapal Perang Dunia Hadir dalam MNEK 2025

Sebarkan artikel ini
MNEK 2025
Ilustrasi(Dok TNI AL)

Bali, (LA) – Sebanyak 36 kapal perang dari berbagai negara berkumpul di Bali dalam ajang bergengsi Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2025. Acara ini menjadi momentum penting bagi 38 negara peserta untuk memperkuat kerja sama maritim global, khususnya dalam bidang penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan (HA/DR).

MNEK 2025 yang berlangsung pada 15–22 Februari 2025 ini mengusung tema “Maritime Partnership for Peace and Stability”, dengan fokus pada operasi non-perang yang menitikberatkan pada upaya stabilitas kawasan maritim. Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono, secara resmi membuka acara ini, didampingi oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali.

Latihan Multilateral untuk Keamanan Maritim Global

Sebanyak 19 kapal perang, 7 helikopter, dan 3 pesawat patroli maritim (MPA) dari berbagai negara akan bersanding dengan 17 kapal perang (KRI) dari TNI AL dalam latihan maritim yang mencakup strategi penanggulangan bencana dan peningkatan kemampuan kemanusiaan. Kehadiran pemimpin militer, kepala staf angkatan laut, serta duta besar pertahanan dari 37 negara menegaskan pentingnya sinergi antarbangsa dalam menjaga perdamaian di tengah dinamika geopolitik global.

“Kekuatan sejati bukan hanya terletak pada alutsista, tetapi juga pada kerja sama dan kemitraan yang solid untuk mendukung perdamaian serta stabilitas dunia,” ungkap Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali.

Simposium Keamanan Maritim Internasional

Sebagai bagian dari agenda MNEK 2025, International Maritime Security Symposium (IMSS) ke-6 akan digelar pada 17 Februari 2025. Forum ini menjadi wadah diskusi bagi negara peserta untuk membahas isu-isu keamanan maritim dari perspektif regional dan global.

“Simposium ini memberikan kesempatan bagi delegasi untuk menyusun strategi maritim yang lebih inklusif dan kolaboratif di tengah ancaman maritim yang terus berkembang,” tambah Kasal.

Tinggalkan Balasan