Misalnya, tahun 2025 pembangunan IKN senilai 100 triliun dikerjakan 10% nya oleh perusahaan konstruksi yang ada di Kaltim. Itu artinya pembangunan IKN menimbulkan initial effect sebesar 10 Triliun Rupiah kepada perekonomian Kaltim.
Perusahaan Konstruksi tersebut kemudian melaksanakan pembangunan dengan melibatkan sektor lainnya ketika mengeluarkan berbagai biaya untuk membeli material dan peralatan (yang tergolong dalam sektor perdagangan), menyewa kendaraan untuk kantor atau proyek (masuk sektor transportasi), kontrak rumah untuk karyawan (sektor akomodasi), membeli bahan makanan untuk pekerja (sektor makan dan minum), membayar PLN (sektor kelistrikan), membayar bpjs (sektor kesehatan), dan lain sebagainya. Misalnya total biaya tersebut adalah 5 triliun rupiah, maka direct effect pembangunan IKN terhadap perekonomian Kaltim adalah 5 triliun rupiah.
Selanjutnya, sektor-sektor yang terkena direct effect ini tentunya akan mengeluarkan biaya-biaya dan akan menggerakkan sektor-sektor yang memasok bahan baku atau jasa tertentu kepadanya. Pemasok bahan baku atau jasa tertentu tersebut juga akan mengeluarkan biaya untuk membeli bahan baku baik berupa barang atau jasa yang dibutuhkan untuk berproduksi dan seterusnya. Proses ini berjalan terus secara berantai seakan tiada habisnya sehingga akhirnya berdampak secara berantai pula.
Inilah yang disebut Indirect Effect. Kelebihan analisis input-output adalah kemampuannya menghitung indirect effect. Misalnya setelah dihitung indirect effect-nya adalah 2 Triliun rupiah.