NasionalParlemen

“Sejumlah Pengamat Politik Sesalkan Mundurnya Rahayu Saraswati dari DPR RI: Sosok Cerdas, Aset Bangsa, dan Berjiwa Patriot”

Avatar
76
×

“Sejumlah Pengamat Politik Sesalkan Mundurnya Rahayu Saraswati dari DPR RI: Sosok Cerdas, Aset Bangsa, dan Berjiwa Patriot”

Sebarkan artikel ini

“Sejumlah Pengamat Politik Sesalkan Mundurnya Rahayu Saraswati dari DPR RI: Sosok Cerdas, Aset Bangsa, dan Berjiwa Patriot”

Jakarta, Senayan(LA) : Politisi muda Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, atau akrab disapa Sara, yang juga keponakan Presiden Prabowo Subianto, resmi menyatakan mundur dari kursi DPR RI periode 2024–2029. Pengumuman tersebut ia sampaikan melalui unggahan di akun Instagram pribadinya pada Rabu petang.

Langkah ini berawal dari polemik yang muncul pasca tayangnya sebuah podcast pada 28 Februari 2025. Dalam potongan video yang kemudian beredar luas, Sara mengajak masyarakat untuk lebih memilih berwirausaha daripada “bersandar kepada pemerintah”. Pernyataan itu kemudian dipelintir dan diubah narasinya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman sekaligus memicu kemarahan publik.

Sara menegaskan, maksud sebenarnya adalah mendorong semangat kewirausahaan terutama di era digital dengan penuh empati agar masyarakat lebih berdaya dan mandiri. Namun, ia menyadari ucapannya telah dianggap menyinggung banyak pihak.

Atas dasar itu, Sara menyampaikan permohonan maaf dengan tulus dan memilih mundur dari jabatannya sebagai anggota DPR RI.

Perempuan yang dikenal vokal memperjuangkan isu perempuan, anak, dan pemberantasan perdagangan manusia ini mundur di tengah masa jabatannya. Langkah tersebut sontak memantik sorotan publik luas.

Sejumlah elit politik menilai keputusan itu lebih dipengaruhi dinamika internal dan badai politik di parlemen, bukan karena kurangnya kapasitas atau integritas pribadi Saraswati.

Pengamat politik Rocky Gerung menyebut Saraswati sebagai pribadi cerdas, smart, dan bertanggung jawab. “Ia punya kualitas intelektual dan integritas yang jarang dimiliki politisi muda,” ujarnya.

Nada serupa datang dari Mahfud MD, mantan Menko Polhukam. Ia menyebut Saraswati sebagai anggota DPR yang berkualitas dan profesional. “Saraswati adalah korban badai politik yang menerpa DPR, bukan karena kelemahan pribadi. Justru ia punya nilai lebih yang semestinya dipertahankan,” kata Mahfud.

Politikus Gerindra, Dahnil Anzar Simanjuntak, juga menyesalkan langkah tersebut. Menurutnya, Saraswati adalah sosok berintegritas tinggi. “Saya mengenalnya sebagai politisi kompeten dan konsisten. Langkah mundur ini sangat disayangkan, karena beliau justru memberi warna berbeda di DPR,” ucap Dahnil.

Meski tidak secara eksplisit mengkritisi, Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua DPR sekaligus Ketua Harian Gerindra, memastikan partai akan memproses pengunduran diri melalui mekanisme internal. Sedangkan Bambang Haryadi, Sekretaris Fraksi Gerindra, menilai keputusan itu sebagai bentuk tanggung jawab politik dan patut dihormati.

Sorotan juga datang dari daerah. Ketua Tunas Indonesia Raya (Tidar) Kabupaten Berau, Sutami alias Dodong, menegaskan mundurnya Saraswati meninggalkan jejak mendalam bagi generasi muda. “Selama ini beliau bukan hanya cerdas, tapi konsisten memperjuangkan isu-isu penting yang jarang disentuh politisi lain. Kehadiran figur seperti ini jelas dibutuhkan bangsa,” tegasnya.

Dodong menambahkan, langkah Saraswati tidak semata manuver politik, melainkan bentuk keberanian untuk memperluas ruang pengabdian di luar parlemen. “Beliau membuktikan bahwa politik bisa hadir melalui kerja nyata di tengah masyarakat, tidak harus lewat kursi DPR,” katanya.

Sebagai Ketua Umum Tidar periode 2025–2030, yang terpilih secara aklamasi pada 17 Mei 2025, Saraswati juga dikenal menjalankan program pemberdayaan kader daerah, kepemimpinan inklusif pemuda, penguatan nilai kebangsaan, hingga mendorong kemandirian ekonomi generasi muda.

Dengan jejak prestasi, pendidikan internasional, serta kiprah politik yang panjang, para politisi menilai kepergian Saraswati dari DPR meninggalkan ruang kosong. Ia bukan hanya simbol keteguhan, tetapi juga representasi generasi muda yang punya visi jelas, keberanian, dan dedikasi.

Tak hanya Rocky Gerung, Mahfud MD, dan para kader Gerindra, sejumlah elit lintas partai sebelumnya juga pernah menaruh perhatian pada kiprah Saraswati. Airlangga Hartarto (Ketua Umum Partai Golkar & Menko Perekonomian) menilai Saraswati memiliki kapasitas besar sebagai politisi muda perempuan dan menyebut mundurnya sebagai kehilangan di parlemen. Sandiaga Uno (Menparekraf, elite Gerindra sebelumnya) menyebut Saraswati inspiratif bagi milenial dan Gen Z karena visinya progresif. Fadli Zon (Wakil Ketua Umum Partai Gerindra) menilai Saraswati punya rekam jejak aktivisme yang jarang dimiliki politisi muda lain. Sementara Hary Tanoesoedibjo (Ketua Umum Perindo) menyoroti Saraswati sebagai figur yang mampu menjembatani politik dengan generasi muda.

Di luar kalangan elit, seluruh kader Tunas Indonesia Raya (Tidar) di Nusantara juga menyatakan rasa kehilangan mendalam. Mereka menilai Saraswati bukan hanya pemimpin yang membimbing, tetapi juga sahabat yang mengerti keresahan anak muda di daerah. Banyak kader mengingatnya sebagai sosok yang hangat, rendah hati, dan selalu mendorong mereka untuk berani berkarya di tengah keterbatasan.

Hal serupa juga datang dari sahabat dan kerabat yang mengenalnya sejak lama. Mereka menuturkan bahwa kecerdasan sosial Saraswati kemampuan untuk mendengar, memahami, dan merangkul berbagai kalangan adalah salah satu kualitas terbaiknya. Karakter itu pula yang membuatnya dihormati, tidak hanya sebagai politisi, tetapi juga sebagai pribadi.

Mundurnya Saraswati, sebagaimana ditegaskan banyak pihak, menjadi pengingat bahwa politik Indonesia kerap terjebak dalam tarik-ulur kepentingan. Sosok berkualitas pun bisa menjadi “korban badai politik”. Namun, optimisme tetap ada: jejak perjuangan Saraswati diyakini akan terus memberi kontribusi besar, baik di dalam maupun di luar parlemen.

Penulis: Teguh S.H

Tinggalkan Balasan