Nasional

Dari Pinggir Sungai Subayang, Batu Dinding Tanjung Belit Melaju ke Tiga Besar API Award 2025

Literasi
14
×

Dari Pinggir Sungai Subayang, Batu Dinding Tanjung Belit Melaju ke Tiga Besar API Award 2025

Sebarkan artikel ini

KAMPAR, (LA) – Di balik derasnya arus Sungai Subayang, semangat seorang anak desa mengalir sekuat jeram yang membelah bebatuan alam Kampar. Ia adalah Dedi Irawan, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Batu Dinding, Desa Wisata Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Berkat kerja keras dan kolaborasi erat bersama masyarakat, Dedi berhasil membawa Batu Dinding Tanjung Belit menembus tiga besar nasional Anugerah Pesona Indonesia (API) Award 2025) — ajang penghargaan pariwisata bergengsi tingkat nasional yang kini memasuki tahun ke-9 penyelenggaraannya.

Jerih Payah dari Ujung Subayang

Kabar menggembirakan itu datang setelah Pokdarwis Batu Dinding mendaftarkan Desa Wisata Tanjung Belit dalam kategori Wisata Air Subayang Rafting, dengan dukungan penuh masyarakat dan Dinas Pariwisata Kabupaten Kampar.

“Alhamdulillah, ini bukan hanya kebanggaan bagi kami di Tanjung Belit, tapi juga bagi seluruh masyarakat Kampar,” ujar Dedi saat dihubungi, Sabtu (11/10/2025).

Pemerintah Kabupaten Kampar telah menerima undangan resmi dari panitia untuk menghadiri malam puncak API Award 2025, yang akan digelar Selasa, 18 November 2025, di Aula Rangkaya, Kantor Bupati Bengkayang, Kalimantan Barat.

Namun, di balik prestasi itu, Dedi tak menutup mata terhadap tantangan besar yang masih dihadapi. Akses menuju Tanjung Belit masih harus ditempuh melalui jalan panjang dengan kondisi sebagian rusak dan licin ketika hujan.

“Akses jalan masih menjadi tantangan besar bagi kami. Tapi kami tidak menyerah. Kami ingin membuktikan bahwa dari pelosok pun, karya bisa berbicara,” tegasnya.

Harapan untuk Infrastruktur dan Ekonomi Warga

Dedi berharap pemerintah daerah menjadikan pembangunan infrastruktur jalan menuju Tanjung Belit sebagai prioritas utama. Menurutnya, akses yang baik bukan hanya mempermudah wisatawan, tetapi juga akan menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar.

“Sekarang saja sudah sekitar 3.000 pengunjung setiap bulan. Kalau jalan bagus, pasti wisatawan makin ramai dan ekonomi masyarakat ikut naik,” harapnya.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Kampar yang memberikan dukungan penuh hingga desa wisata itu bisa bersaing di kancah nasional.

“Tanpa dukungan mereka, mungkin nama kami tidak sampai ke tingkat nasional. Terima kasih sudah percaya pada kami, masyarakat kecil di pinggir Subayang,” ujarnya haru.

Dukungan dari DPRD dan Pemerintah Daerah

Selama proses menuju API Award, Pokdarwis Batu Dinding juga mendapat dukungan dari berbagai kalangan, termasuk Anggota DPRD Kampar Dapil 6, Eko Sutrisno, yang memfasilitasi pertemuan dengan Bupati Kampar Ahmad Yuzar dan Wakil Bupati Misharti.

“Kami berterima kasih kepada Pak Eko Sutrisno yang banyak membantu membuka jalan komunikasi dengan pemerintah daerah. Dukungan beliau menjadi energi baru bagi kami,” kata Dedi.

Menanggapi hal itu, Eko Sutrisno yang juga Ketua Fraksi NasDem DPRD Kampar, memberikan apresiasi tinggi atas dedikasi masyarakat Tanjung Belit dalam mengembangkan wisata berbasis kearifan lokal.

“Pokdarwis Tanjung Belit membuktikan bahwa kemajuan pariwisata tidak selalu bergantung pada proyek besar. Dengan kerja sama dan cinta lingkungan, mereka mampu membawa nama Kampar ke tingkat nasional,” ujarnya.

Eko menegaskan, DPRD Kampar akan terus mendorong peningkatan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat melalui kolaborasi lintas OPD serta program pariwisata berkelanjutan.

“Wisata bukan hanya soal keindahan alam, tapi juga soal kemudahan dan kenyamanan pengunjung,” tambahnya.

Surga Tersembunyi di Ujung Kampar

Batu Dinding Tanjung Belit dikenal sebagai surga tersembunyi di tepian Sungai Subayang. Tebing batu raksasa yang menjulang dan memantulkan cahaya matahari menjadikannya seperti cermin alam di tengah hutan tropis Kampar Kiri Hulu.

“Dari tempat inilah, lahir semangat besar untuk menjadikan desa kecil di Kampar sebagai ikon wisata unggulan Riau,” tutup Eko Sutrisno.

Tinggalkan Balasan