BudayaNasionalOlahraga

Penutupan Pacu Jalur 2025: Teluk Kuantan Jadi “Rave Melayu”, Melly Mike Turun Panggung dan Iyeth Bikin Nostalgia

Literasi
23
×

Penutupan Pacu Jalur 2025: Teluk Kuantan Jadi “Rave Melayu”, Melly Mike Turun Panggung dan Iyeth Bikin Nostalgia

Sebarkan artikel ini
Melly Mike membuka penampilan dengan lagu-lagu hits yang membangkitkan semangat anak muda.

TELUK KUANTAN, (LA) – Taman Jalur berubah jadi lautan warna dan dentuman musik saat malam penutupan Festival Pacu Jalur 2025, Minggu (24/8/2025). Panggung megah yang menghadap Sungai Kuantan disulap dengan ornamen Melayu berbalut sentuhan modern; sorot lampu menembus langit, bikin suasana magis—puncak euforia setelah hari-hari festival yang padat.

Gelaran dibuka tarian kolosal: puluhan penari berbusana warna-warni menghadirkan gerak enerjik tanpa kehilangan ruh Melayu. Tepuk tangan panjang pecah—bukti tradisi bisa akur dengan kreativitas generasi kini.

Masuk Melly Mike sebagai bintang utama. Deretan lagu hits-nya memanaskan atmosfer, dan ketika “Young, Black & Rich” mengalun, ribuan penonton kompak mengikuti kolaborasi “Aura Farming Pacu Jalur” yang dipandu Rayyan Arkhan Dikha. Momen ini jadi simbol klopnya budaya tradisional dengan vibe pop modern. Mike bahkan turun dari panggung menyapa warga dan melontarkan “Salam kayuah!”—sapaan khas Pacu Jalur—membuat jarak idola–penonton seketika hilang. Ia mengungkap rasa terima kasih dan mengaku jatuh hati pada keramahan Kuansing; baginya, berada di Riau terasa seperti pulang.

Setelahnya, giliran Iyeth Bustami mengambil alih. Diva Melayu asal Riau itu menghipnotis lewat zapin dan joget; nada-nada klasik memantik koor massal dan memanggil memori kolektif penonton—nostalgia yang bikin merinding sekaligus bergoyang.

Tokoh daerah ikut hadir: Gubernur Riau Abdul Wahid bersama Bupati Kuansing Suhardiman Amby. Gubernur menilai perhelatan tahun ini tertib, meriah, dan penuh persaudaraan. Ia menekankan Pacu Jalur bukan hanya olahraga air, tetapi penguat identitas dan penggerak ekonomi warga.

Di tengah lautan manusia, kehangatan terasa nyata: anak-anak berlarian memburu sorot lampu, pedagang kuliner lokal laris-manis, wisatawan berbaur dengan warga. Banyak perantau menyempatkan pulang; bagi mereka, Pacu Jalur adalah jangkar rindu pada tanah kelahiran. “Penutupannya semegah ini bikin hati penuh,” ujar seorang perantau asal Kuansing yang datang dari Pekanbaru.

Bukan sekadar siapa yang tercepat di sungai—malam ini adalah kemenangan bersama menjaga tradisi tetap hidup di tengah perubahan. Teluk Kuantan menutup layar 2025 dengan bangga, hangat, dan tak terlupa.

Tinggalkan Balasan