Budaya

Ketika Guru Tari Jadi Influencer Budaya, Sosok Bujang II Pekanbaru 2025 Ini Bikin Bangga!

Literasi
4
×

Ketika Guru Tari Jadi Influencer Budaya, Sosok Bujang II Pekanbaru 2025 Ini Bikin Bangga!

Sebarkan artikel ini

Pekanbaru, (LA) – Di tengah hiruk-pikuk Kota Bertuah yang terus berkembang, hadir sosok muda yang membawa misi besar: menjadikan budaya dan pariwisata sebagai identitas utama Pekanbaru di mata dunia. Dia adalah Bujang II Pekanbaru 2025, Muhammad Aqsal, seorang seniman muda, guru tari, dan aktivis budaya yang baru saja menyelesaikan perjalanan prestisiusnya dalam ajang Pemilihan Bujang Dara Pekanbaru.

Ajang bergengsi tersebut digelar pada Sabtu, 19 Juli 2025, di Halaman Rumah Singgah Tuan Kadi, kawasan Kampung Bandar, Senapelan—salah satu cagar budaya bersejarah yang menyimpan jejak awal kota ini. Kegiatan ini diinisiasi oleh Ikatan Bujang Dara Pekanbaru bekerja sama dengan Pemerintah Kota dan Dinas Pariwisata Pekanbaru.

Sosok yang kini menyandang gelar Bujang II itu bukan wajah asing di dunia seni pertunjukan. Ia adalah alumni Institut Seni Indonesia Padangpanjang, telah menorehkan jejaknya sebagai delegasi Indonesia dalam International Folk and Dance Music Festival di Istanbul, Turki, serta aktif tampil di berbagai festival nasional dan internasional, termasuk Temu Penyair se-Asia Tenggara dan West Sumatera International Dance Festival.

“Prestasi yang saya sandang dalam ajang bujang dara pekanbaru adalah menjadi delegasi Indonesia pada International Folk And Dance Music Festival Boshporus Istabul Turkey, Art Festival dan Temu Penyair Se-Asia Tenggara, West Sumatera International Dance Festival, dan alhamdulilah saat ini saya di beri amanah untuk mengemban tugas sebagai Bujang II Kota Pekanbaru 2025,” ungkapnya ke awak media literasiaktual.com

Namun, bukan sekadar deretan penghargaan yang menjadikannya istimewa, melainkan juga tekad dan latar belakang hidupnya. Di sela-sela kesibukannya sebagai guru seni budaya di Yayasan Kusuma Harapan Bangsa Pekanbaru dan koreografer aktif di berbagai panggung seni, ia tetap memilih ikut serta dalam ajang Bujang Dara dengan satu niat kuat: memperkuat kontribusinya untuk Kota Pekanbaru.

“Ini bukan hanya tentang tampil di atas panggung. Ini tentang bagaimana saya bisa bersuara, membawa gagasan, dan menjadi bagian dari perubahan nyata di bidang budaya dan pariwisata Pekanbaru,” ungkapnya.

Didukung penuh oleh orang tua, sahabat, komunitas seni Seri Melayu, Darya Sewa Jass, serta sponsor lokal, ia berhasil melewati masa karantina dan kompetisi dengan gemilang. Meski sempat dihadapkan pada dilema waktu antara tugas sebagai pendidik dan persiapan kompetisi, ia menyebut manajemen waktu dan skala prioritas menjadi kunci suksesnya.

“Tentunya kedua orangtua saya serta sahabat, teman, dan orang spesial, selain itu saya sangat di support oleh keluarga kecil saya Kumpulan Seni Seri Melayu, Darya Sewa Jass, dan Sponsor-sponsor yang sudah sangat mendukung dari awal karantina hingga malam grandfinal”, ungkapnya

“Menjadi Bujang II Pekanbaru bukan sekadar pencapaian pribadi, tetapi amanah budaya yang besar. Ini bukan tentang siapa yang terbaik di antara kami, tetapi tentang bagaimana kami, para finalis, telah bertumbuh bersama dalam wawasan, karakter, dan cinta terhadap tanah kelahiran,”tambahnya

Sebagai Bujang Pekanbaru, ia juga menyikapi pencapaian budaya lokal seperti Pacu Jalur yang kini mendunia dengan penuh kebanggaan. Menurutnya, itu menjadi bukti bahwa budaya Riau memiliki daya tarik global jika dikemas secara kreatif dan dikomunikasikan secara cerdas melalui media sosial.

“Melihat Pacu Jalur kini mendunia adalah bukti nyata bahwa budaya kita memiliki daya pukau luar biasa jika digarap dengan cinta, konsistensi, dan visi yang kuat serta penggunaan media sosial dengan tujuan yang tepat dan cermat sebab kita tau hari ini dan di zaman ini media sosial menjadi pintu gerbang terbesar sebgai media promosi keseluruh dunia. Sebagai Bujang Pekanbaru, saya memandang ini bukan hanya sebagai sebuah kebanggaan, tapi juga sebuah panggilan untuk memperkuat peran kami dalam mempromosikan warisan budaya lainnya yang tak kalah bernilai,” tegasnya.

“Pacu Jalur adalah pesan dari tanah Riau untuk dunia bahwa di balik aliran sungai dan dentuman irama tradisi, tersimpan semangat gotong-royong, filosofi kehidupan, dan identitas Melayu yang luhur. Pencapaian ini harus menjadi pemantik semangat baru bagi generasi muda bahwa menjaga dan mengangkat budaya yang sangat beragam di Provinsi Riau, mungkin nantinya kita dapat mengenalkan budaya unik lainnya yang ada di Riau seperti Bedukun Balai Terbang Inhu, Menongkah Kerang Inhil, dan hal-hal lainnya untuk menjadi sesuatu yang tidak kuno, melainkan wujud kecintaan paling mulia terhadap tanah air,” tambahnya

Ia juga menyuarakan harapannya agar pemerintah terus membuka ruang bagi generasi muda untuk berkarya. “Kami siap jadi mitra, jadi jembatan, dan jadi wajah baru Pekanbaru yang kreatif, berbudaya, dan berkelas dunia.”

Hari ini, ia mungkin berdiri sebagai Bujang II Pekanbaru. Namun semangat dan visinya menjadikannya lebih dari sekadar gelar. Ia adalah contoh nyata bahwa ketika seni, pendidikan, dan budaya berjalan beriringan, maka lahirlah pemuda yang bukan hanya tampil memukau, tapi juga berpikir tajam dan bertindak bijak untuk kota dan bangsanya.

Tinggalkan Balasan