Jakarta, (LA) – Tarian Hudoq, salah satu warisan budaya khas Kalimantan Timur, bukan sekadar pertunjukan seni. Bagi suku Dayak Bahau, tarian ini merupakan media sakral untuk berkomunikasi dengan leluhur dan alam semesta. Dibalik gerak gemulai para penari dengan topeng warna-warni, tersimpan makna mendalam yang melibatkan sebelas roh leluhur yang diyakini hadir dalam setiap ritual.
Hal ini diungkap oleh maestro Tari Hudoq, Frans Jiu Luay, dalam acara Temu dan Bincang Maestro di Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (11/7/2025).
“Dalam ritual tari Hudoq, terdapat sebelas roh leluhur yang hadir dan memiliki tugas serta peran masing-masing,” kata Frans.
Daftar 11 Roh Leluhur dalam Tari Hudoq
Berikut daftar roh leluhur yang diyakini hadir dalam ritual Tari Hudoq:
Roh Thamra
Roh tertinggi yang menguasai pegunungan Kalimantan Timur. Ia memasuki penari pertama dan bertugas mengawasi jalannya ritual.Roh Guntur
Penjaga gerbang alam baka yang mengantar ruh manusia ke Telaik Manjung, pancuran kesucian menuju Pampung Gelung.Roh Gelai
Penguasa alam dan perantara petunjuk kebaikan bagi manusia. Hadir dalam bentuk indera keenam pada sebagian masyarakat Dayak Bahau.Roh Legi (Harimau)
Simbol adat dalam tarian, tidak merasuki penari namun hadir melalui gerakan mereka, menjaga dari malapetaka.Roh Kalam
Bertugas menjemput sukma manusia untuk kembali ke Sang Pencipta.Roh Babi
Penjaga hutan Kalimantan Timur, pelindung alam dan lingkungan.Roh Air (Belut Sakti)
Berwujud belut berkepala mahkota yang tinggal di sungai Kampung Laham Telah. Sering membantu manusia yang mengalami musibah air.Roh Manusia
Pemimpin bijak para leluhur, sejajar dengan Thamra, penentu kebijakan hidup manusia.Roh Topeng Gila
Penyampai sindiran terhadap perilaku buruk manusia, khususnya kerusakan lingkungan dan moralitas.Roh Kera
Roh gaib berbentuk kera yang membimbing manusia tersesat di hutan melalui suara atau tanda alam.Roh Ine Aya’
Dewa pemelihara padi, utusan dari khayangan (Apo Lagaan) yang menjadi simbol kesuburan dan harapan panen.
Mantra Pemanggil Leluhur
Dalam prosesi Hudoq, mantra dalam bahasa Dayak dibacakan oleh sang pawang. Tujuannya agar roh-roh leluhur dapat hadir dan merasuki tubuh penari secara sakral.
Tari Hudoq bukan sekadar tradisi, tapi juga jembatan spiritual antara manusia, alam, dan leluhur. Kehadirannya menjadi bukti bahwa kearifan lokal Dayak Bahau masih hidup dan terus dijaga secara turun temurun.