Pekanbaru, (LA) – Tradisi Malam Tujuh Likur tetap terjaga, diiringi semangat kebersamaan masyarakat Melayu.
1. Prosesi Penuh Makna di Tengah Hujan
Hujan tak menyurutkan langkah Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Provinsi Riau dalam melaksanakan tradisi malam tujuh likur, tepat sepekan menjelang penghujung Ramadan. Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR, Datuk Seri H. Marjohan Yusuf, memimpin prosesi dengan menyalakan lampu pelita atau colok, simbol cahaya harapan yang menerangi malam Ramadan.
Ditemani shalawat nabi yang dilantunkan, prosesi semakin khidmat. Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAMR, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, bersama sejumlah tokoh masyarakat, Forkopimda, serta para Puan LAMR turut hadir, menjadikan suasana penuh nostalgia budaya Melayu.
2. Tradisi dan Kenangan Masa Kecil
Kembang api yang dinyalakan oleh para Puan LAMR semakin memperindah malam. Puan Dina, salah satu peserta, mengenang masa kecilnya.
“Tradisi ini membawa kita kembali ke kenangan masa kecil. Di kampung-kampung, menyalakan lampu pelita dan bermain kembang api adalah ritual yang tak pernah dilewatkan,” ujarnya dengan penuh haru.
3. Perhelatan Islami dengan Nilai Budaya Melayu
Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian acara buka puasa bersama yang digelar LAMR Riau di Balai Adat, Jalan Diponegoro, Pekanbaru. Perhelatan dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh Qori Abdul Rahman Atan dan dilanjutkan dengan ceramah agama oleh Ketua Harian MUI Riau, Ustadz H. M. Zulhusni Domo, gelar Datuk Bagindo Sati.